Assalamualaikum Warahmatullahi WABARAKATUH

SELAMAT DATANG بامرح بكم ようこそ 환영합니다 WELCOME... 歡迎

Jumat, 01 April 2011

metklim


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

          Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (30 tahun).Sedangkan cuaca itu sendiri adalah keadaan atmosfer dalam suatu tempat dan waktu tertentu.Unsur pembentuk cuaca yaitu suhu,tekenan,kelembapan,dan curah hujan.Dimana nantinya akan mempengaruhi iklim suatu tempat/daerah.Untuk menentukan iklim suatu tempat diperlukan pengumpulan data yang cukup lama(10-30 tahun),setelah data terkumpul maka tempat tersebut dapat diketahui iklimnya.Data iklim ini selain untuk mengetahui jenis iklim suatu tempat juga banyak manfaat yang lain salah satunya untuk perkebunan,misalnya iklim mikro yaitu iklim dekat tanah (“the climate near the ground”) yaitu tempat dimana tumbuhan dan hewan hidup.Perannya mulai dari proses fotosintesis, respirasi, transpirasi, hingga stimulasi hormonal dan enzim-enzim tanaman (Chang dan Larcher,dalam Noli Barri,2003)
B. Rumusan masalah
            Rumusan masalah yang ada yaitu denganBagaimana pemanfaatan data iklim untuk perkebunan (iklim mikro)?
C. Tujuan
Tujuan dari rumusan masalah diatas adalah untuk mengetahui Iklim sebagai salah satu komponen dalam suatu sistem produksi tanaman kelapa.












BAB II




 IKLIM MIKRO PADA PERTANAMAN KELAPA

         Dalam penanaman kelapa sebaiknya diberi jarak dengan tujuan membaiknya sirkulasi angin dan CO2 baik untuk tanaman yang pada akhirnya akan meningkatkan proses fotosintesa.  Akuba (1994) mendapatkan tingkat produksi kelapa di bagian tengah dari persil-persil kelapa di PT. Riau Sakti yang luas adalah rendah dibandingkan produksi kelapa yang ada di bagian pinggiran persil, dan diduga karena terhambatnya sirkulasi CO2. Dengan terbentuknya struktur tanaman dalam barisan kelapa dan di antara barisan dengan ketinggian yang sangat kontras diharapkan dapat menimbulkan turbulensi udara dan mempermudah aliran udara pembawa COsecara merata ke semua tajuk pohon kelapa dan tanaman sela.
Struktur tajuk sistem tanam baru menyebabkan ketersediaan lahan dan iklim mikro di bawah kelapa menjadi spesifik dibanding areal perkebunan lainnya.  Pada dasarnya, pola pertanaman kelapa telah memberikan peluang potensial untuk pelaksanaan usahatani polikultur. Keberhasil program ini akan lebih nampak jika kajian lengkap mengenai pola iklim mikro di pertanaman kelapa telah tersedia dan dimanfaatkan.
         Iklim sebagai salah satu komponen dalam suatu sistem produksi tanaman, tidak hanya menyediakan unsur-unsur yang esensial dalam proses fisiologis tanaman, tetapi juga mempunyai gatra fisik dalam pengelolaan perkebunan.Iklim mikro berperan mulai dari proses fotosintesis, respirasi, transpirasi, hingga stimulasi hormonal dan enzim-enzim tanaman.Oleh sebab itu,  dapat dikatakan bahwa iklim sudah mulai berperan sejak perkecambahan, fase pembibitan, pematangan buah/biji, panen, dan pasca panen.
         Iklim mikro menurut Rozari (1990) dalam Noli(2003) didefinisikan sebagai iklim dalam ruangan terkecil yang masih berada dalam pengaruh objek.  Objek yang dimaksud bisa pohon, pertanaman, rumah, hutan dan lainnya yang dekat dari beberapa atau satu unsur iklim mikro.  Lebih sempit lagi, Rosenberg. Blad, and Verma (1983) membatasi iklim mikro adalah iklim dekat tanah (“the climate near the ground”) yaitu tempat dimana tumbuhan dan hewan hidup.
          Bagi tanaman kelapa, batasan iklim yang optimal menurut Fremond, Ziller and Lamothe (1966) adalah curah hujan minimal 130 mm per bulan, bulan kering (curah hujan kurang 130 mm) tidak boleh lebih dari tiga bulan berturut-turut, suhu optimal 27 – 28oC, lama penyinaran sekitar 2.000 jam per tahun, kelembaban relatif sekitar 80 – 90%. Dari persyaratan ini, terlihat bahwa umumnya persyaratan bagi kelapa hampir mewakili syarat kesesuaian untuk sebagian besar tanaman, kecuali batasan curah hujan yang dipatok terlalu tinggi, padahal untuk kebanyakan tanaman (pangan) hanya sekitar 100 mm per bulan, tapi ini sebenarnya dapat diatasi dengan mengatur pola atau jadual tanamnya.
          Hingga saat ini, unsur iklim yang masih dominan sebagai faktor kendala dalam sistem usahatani polikultur dengan dasar kelapa adalah radiasi surya. Bagi pertanaman kelapa berumur dibawah 6 tahun atau lebih dari 60 tahun, hal ini tidak menjadi kendala, tapi tidak untuk umur lainnya. Dalam dinamika iklim mikro, maka faktor utama adalah neraca air dan neraca bahang, kedua hal ini langsung dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas radiasi surya.  Itulah sebabnya faktor radiasi surya menjadi komponen utama yang harus dipertimbangkan dalam pola usahatani polikultur. Sehubungan dengan hal tersebut, maka bagi pertanaman kelapa terdapat lima stadia umur kelapa yang berhubungan dengan agihan radiasi surya yaitu:

Stadia pertama.  Pada stadia ini, umur kelapa umumnya antara 4 hingga 6 tahun.  Radiasi yang masuk di areal pertanaman kelapa cukup, karena penutupan tajuk terhadap areal masih minimal.
Stadia kedua.       Umur kelapa antara 7 hingga 10 tahun.  Pada stadia ini, batang kelapa mulai meninggi, pertumbuhan tajuk sudah mencapai perketumbuhan, perkembangan dan ukuran penuh.  Jika jarak tanam kurang dari 8 x 8 m, maka dari hasil simulasi ternyata radiasi surya yang masuk di areal pertanaman kelapa hanya 20%.
Stadia ketiga.     Umur kelapa pada stadia ini umumnya antara 25 hingga 30 tahun.  Radiasi surya yang masuk di areal pertanaman kelapa sama stadia kedua, dimana radiasi yang diintersep tajuk kelapa dalam suatu pertanaman bisa mencapai 80% (Nair dan Balakrishnan dalam Darwis, 1989).
Stadia keempat.  Pada stadia ini, umur kelapa umumnya antara 30 hingga 50 tahun.  Nair. et al. dalam Darwis (1989) melaporkan bahwa pada tanaman kelapa berumur 30 tahun, transmisi radiasi surya yang masuk di areal pertanaman kelapa hanya 30%. Pengukuran lain menyatakan hanya 23%, dan pada umur 40 tahun hanya 33% dan diumur 43 tahun hanya 43%.
Stadia kelima.     Pada stadia ini, umur kelapa lebih dari 50 tahun. Pada umur kelapa seperti ini, radiasi surya tidak lagi menjadi kendala.  Pada tengah hari (mid-day) transmisi cahaya bisa mencapai 85%. 
Beberapa sifat varietas kelapa juga ikut mempengaruhi besarnya transmisi radiasi surya seperti misalnya: kecepatan tumbuh, jumlah pelepah, panjang dan lebar daun/pelepah, posisi pelepah di batang (sudut yang dibentuk antara batang dengan daun kelapa), dan tinggi tanaman atau panjang batang.  Hasil observasi iklim mikro di bawah pertanaman kelapa di Indonesia sampai saat ini masih sangat minim.  Kalaupun ada, maka biasanya pengukuran hanya terbatas pada magnitude radiasi yang diterima, sedangkan unsur iklim mikro lainnya seperti suhu, kelembaban, angin (kecepatan dan arah) jarang atau tidak pernah diukur.  Biasanya penggunaan tanaman indikator juga digunakan untuk melihat kesesuaian iklim mikro di bawah pertanaman kelapa.  Metode yang digunakan adalah hanya dengan membandingkan hasil akhir atau hasil analisis pertumbuhan tanaman sela yang ditanam di areal terbuka disekitar pertanaman kelapa dengan yang ditanam di bawah pertanaman kelapa.  Penelitian serius untuk mengkaji hubungan antara iklim mikro dengan arsitektur tajuk atau pertanaman kelapa belum begitu serius dilakukan di Indonesia, kedala utamanya adalah peralatan perekam data iklim mikro yang masih terbatas (umumnya mahal).
Pengaturan atau penerapan jarak dan sistem tanam baru kelapa, yaitu dengan jarak antar barisan tanaman 16 m memberikan jaminan bahwa kendala iklim mikro utuk usahatani polikultur sudah dapat diatasi. Karena tersedianya ruang yang lebih luas dan iklim mikro yang lebih mudah disesuaikan akan membuka peluang fleksibilitas bagi petani dalam memilih komoditas yang akan diusahakan.  Hal ini juga memungkinkan pencapaian produksi tanaman sela secara maksimal.
Dengan demikian, akan tercapai optimalisasi pemanfaatan lahan di antara kelapa baik dalam prespektif spatial maupun temporal.  Salah satu kelemahan dari tinggiya intensitas radiasi surya karena lebarnya jarak antar barisan tanaman adalah terangsangnya pertumbuhan gulma.  Ini berarti, pilihan atas jarak dan sistem tanam non-konvensional ini menuntut persyaratan pemanfaatan lahan di antara kelapa secara terus menerus atau ditanami dengan tanaman berumur panjang atau tanaman tahunan.

.



BAB III
 PENUTUP

KESIMPULAN 
Jarak dan sistem tanam baru yang bertujuan untuk menyediakan ruang (spatial) di antara kelapa yang lebih maksimal untuk dimanfaatkan oleh tanaman lain, sekaligus terciptanya iklim mikro (khususnya radiasi surya) yang menjamin fleksibilitas tinggi penerapan berbagai pola usahatani polikultur.  Jarak dan sistem tanam 5 x 16 m atau 6 x 16 m empat persegi ternyata menyediakan lahan sekitar 7.200 m2 atau 70% dari total luasan pertanaman kelapa untuk dapat dimanfaatkan bagi usahatani polikultur.

SARAN
Agar terciptanya iklim mikro khususnya radiasi surya dengan  Pengaturan atau penerapan jarak dan sistem tanam baru kelapa,sedangkan untuk ruang di antara kelapa lebih maksimal maka perlu ditanami tanaman  berumur panjang atau tanaman tahunan























Tidak ada komentar:

Posting Komentar